Penjaga Pantai Tiongkok memiliki target untuk meningkatkan armadanya sebesar 25 persen dengan menambahkan 50 kapal antara tahun 2012 dan 2015 |
Tiongkok terus mengembangkan kekuatan maritimnya ketika ketegangan meningkat di Laut Cina Selatan.
Dalam sebuah langkah baru-baru ini, Tiongkok telah mempersenjatai kapal Penjaga Pantai terbarunya dengan senapan tembak cepat 76 milimeter, senapan tambahan, dan senapan mesin anti-pesawat terbang, demikian menurut laporan surat kabar Global Times pada Januari 2016. Ketika selesai, kapal yang berbobot mati 12.000 ton itu besar kemungkinan akan dikerahkan ke Laut Cina Selatan, demikian kata laporan itu.
Upaya mempersenjatai kapal Penjaga Pantai mengungkapkan secara lebih lanjut niat Tiongkok dalam mengembangkan kemampuannya untuk mengeksploitasi sumber daya maritim, demikian kata pengamat.
Pada Desember 2015, Tiongkok mengerahkan kapal sejenis dalam jarak 30 kilometer dari kelompok pulau Senkaku/Diaoyu di Laut Cina Timur, demikian lapor Reuters. Jepang memprotes kehadiran kapal itu, bekas fregat bersenjata Angkatan Laut, yang “tampaknya dilengkapi dengan empat menara senapan,” dan menuntut agar Penjaga Pantai Tiongkok menghentikan aktivitas di daerah itu, demikian lapor Reuters.
Jepang melihat insiden itu sebagai upaya terang-terangan untuk meningkatkan klaim kepemilikan Tiongkok atas kelompok pulau yang disengketakan, demikian kata para analis.
Pada saat itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hong Lei mengatakan pada konferensi pers bahwa peralatan kapal itu “standar” dan “tidak berbeda dari praktik internasional,” lapor Reuters.
“Di masa mendatang, akan lebih banyak lagi kapal Penjaga Pantai Tiongkok yang memasuki perairan lepas pantai kepulauan itu, atau bahkan terlibat dalam ketegangan dengan Penjaga Pantai Jepang, akan berupa kapal yang lebih baru, lebih besar, dan bersenjata,” ungkap Colin Ko Swee Lean, peneliti madya di S. Rajaratnam School of International Studies Singapura, kepada situs web International Business Times.
Para analis melihat pengerahan kapal itu sebagai upaya untuk menghalangi meningkatnya keterlibatan Jepang di Laut Cina Selatan.
“Tiongkok tidak ingin Jepang ikut campur di Laut Cina Selatan,” kata Asisten Profesor Giulio Pugliese dari Institut Studi Tiongkok University of Heidelberg kepada Bloomberg pada Desember 2015.
Sebelumnya pada tahun 2015, berbagai negara telah menyatakan keprihatinan atas pesatnya peningkatan kekuatan armada kapal Penjaga Pantai Tiongkok. Menurut laporan pada April 2015 dari Kantor Intelijen Angkatan Laut A.S., armada Penjaga Pantai dan penegak hukum maritim Tiongkok lebih besar dari armada gabungan Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Penjaga Pantai Tiongkok memiliki target untuk meningkatkan armadanya sebesar 25 persen dengan menambahkan 50 kapal antara tahun 2012 dan 2015, demikian kata laporan itu. Selain itu, Tiongkok meluncurkan lebih banyak kapal angkatan laut daripada negara-negara lain pada tahun 2013 dan 2014 “dan diharapkan untuk melanjutkan tren ini hingga 2015-16,” kata laporan itu.
Kepala Operasi Angkatan Laut A.S. Laksamana John Richardson menggambarkan penggunaan Penjaga Pantai Tiongkok sebagai “wilayah abu-abu,” demikian menurut laporan di situs web NavyTimes pada 12 Januari 2016. Dalam pidatonya di Washington, D.C., Richardson menyatakan bahwa taktik Tiongkok untuk mengerahkan kapal Penjaga Pantai adalah untuk mengintimidasi kapal nelayan dan memprovokasi kapal militer negara-negara tetangga, demikian lapor situs web itu. Akan tetapi, upaya mempersenjatai kapal Penjaga Pantai memicu kekhawatiran negara penggugat lainnya ke tingkat yang baru.
“Komandan angkatan laut A.S. sekarang harus mempersiapkan kemungkinan perjumpaan sengit dengan kapal patroli cepat raksasa Tiongkok di laut lepas di masa damai, ketika sistem persenjataan canggih mereka tidak akan banyak membantu,” tulis Ryan Martinson, peneliti di Institut Studi Maritim Tiongkok U.S. Naval War College, dalam laporan pada Juni 2015 yang mengantisipasi langkah Tiongkok dalam mewujudkan militerisasi kapal Penjaga Pantainya. “Ini merupakan kemungkinan yang tidak nyaman, mengingat bahwa kapal patroli cepat raksasa Tiongkok lebih besar daripada kebanyakan kapal tempur permukaan A.S.”
Sumber: apdf