Angkatan Laut Korea Selatan memiliki sekitar 120 kapal, 70 pesawat terbang, dan 68.000 personel, demikian menurut U.S. Naval Institute (USNI). |
Angkatan Laut Korea Selatan sedang dalam proses menonaktifkan beberapa kapal perangnya yang lebih tua dan menggantinya dengan kapal perang baru. Para pengamat mengatakan bahwa transisi ini merupakan bukti ambisi Korea Selatan untuk membangun angkatan laut lintas samudra lebih modern yang mampu memproyeksikan kekuatannya jauh melampaui garis pantainya.
Pada awal tahun 2016, Kantor Berita Korea, Yonhap, melaporkan: “Angkatan Laut menonaktifkan salah satu generasi kapal perang buatan dalam negeri generasi pertama di negara itu, yaitu ROKS Seoul … setelah 34 tahun berdinas.”
Kapal berbobot 1.500 ton itu adalah salah satu dari sembilan fregat kelas Ulsan yang merupakan kapal perang pertama yang dibuat di Korea. Kapal perang pertama yang dibuat, Ulsan, memulai debutnya pada tahun 1981 dan telah dinonaktifkan pada tahun 2014, demikian kata Yonhap. Tujuh fregat lainnya masih tetap digunakan — untuk saat ini.
“Sejak tahun 2013, Angkatan Laut telah mengerahkan armada baru fregat kelas Incheon berbobot 2.500 ton untuk menggantikan kapal perang kelas Ulsan dan korvet lainnya yang dipensiunkan,” lapor Yonhap. “Pada tahun 2020, sekitar 20 fregat baru akan diluncurkan.”
Pada saat yang bersamaan dengan penonaktifan ROKS Seoul, Korea Selatan juga memensiunkan lima kapal lainnya, termasuk satu korvet dan empat perahu patroli, demikian menurut majalah IHS Jane’s Navy International.
Pemutakhiran teknologi untuk armada Korea Selatan sedang berlangsung. Pada Januari 2016, kontraktor pertahanan yang berbasis di A.S. yaitu DRS Technologies menyerahkan sistem penggerak listrik hibrida “yang dikembangkan untuk program FFX Batch II kelas Incheon baru Angkatan Laut Korea Selatan,” lapor situs web naval-technology.com. “Dalam program ini, sekitar delapan kapal FFX II akan dibuat, yang dimaksudkan untuk menggantikan armada korvet dan fregat yang sudah menua.”
Angkatan Laut Korea Selatan memiliki sekitar 120 kapal, 70 pesawat terbang, dan 68.000 personel, demikian menurut U.S. Naval Institute (USNI).
“Industrialisasi pasca perang Korea Selatan telah memungkinkannya untuk menjalankan proyek pembuatan kapal besar secara berturut-turut,” demikian yang dilaporkan situs web USNI News pada tahun 2014. “Ekonomi Korea Selatan bergantung pada jalur laut yang aman dan sebagai hasilnya, Angkatan Laut Korea Selatan sedang membangun kapal besar berteknologi tinggi untuk menciptakan angkatan laut lintas samudra.”
Mingi Hyun, peneliti di Korea Institute for Maritime Strategy, menulis dalam majalah The Diplomatbahwa Korea Selatan “telah diperkuat dengan berbagai jenis kapal yang berpotensi memiliki jangkauan global — armada regional yang hanya bisa dilampaui ukurannya oleh Jepang, Tiongkok, dan India. Dari segi kualitas kapal diakui bahwa kapal Korea Selatan setara dengan kapal ketiga negara itu.”
Alasannya? Pertumbuhan ekonomi negara ini terkait erat dengan akses maritim. “Pada kenyataannya, dengan Korea Utara yang terisolasi secara diplomatis sebagai satu-satunya negara yang memiliki perbatasan darat dengannya, Korea Selatan sering kali merasa lebih seperti sebuah pulau,” tulis Hyun.
Sumber: apdf