Pesawat Tempur F-35 |
Divisi VMFA-121 Marinir AS menyatakan bahwa armada F-35B dioperasionalkan pada 2015, walaupun tahun tersebut mengalami kendala seperti biaya yang membengkak, dan gejolak yang terjadi dengan presisten, menandai penyebaran relokasi internasional pertama jet tempur generasi kelima.
Kepada Defense News juru bicara USMC, Kapten Kurt Stahl, mengatakan bahwa hingga 2016, AS membeli 71 armada F-35B. Bagaimanapun 10 dari jet jenis ‘B’ tersebut merupakan bagian dari skadron yang ditempatkan di Jepang.
“Pesawat yang lepas landas dengan jarak yang pendek dan mendarat secara vertical merupakan kekuatan ganda yang sesungguhnya,” ujar sang kapten.
Pada hari Rabu (11/1/2017) di Trump Tower, New York, presiden terpilih dari Partai Republik, Donald J. Trump mencatat bahwa proyek F-35 merupakan ‘hal, yang terlambat dari jadwal dan banyak, banyak milyaran dolar anggaran yang membengkak.” Kata Trump.
“Aku tak menyukai itu,” tambahnya.
Dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh pemerintahan yang akan dipegang Trump, beberapa bertanya-tanya apakah sekutu lama, Jepang dan Jerman akan diminta untuk memberikan lebih banyak untuk keamanan nasional mereka, mengingat biaya yang besar terkait dengan pemeliharaan Angkatan bersenjata AS.
Namun tuduhan Trump mungkin sedikit berat sebelah. Pasalnya, pada Desember 2016 Jepang berani mengambil risiko dan berhasil mendapatkan masalah pertamanya yang melanda F-35. Tokyo masih harus membayar sisa tagihan senilai 14 milyar dolar AS untuk mendatangkan lebih dari 27 armada F-35. Kesepakatan Tokyo dengan Lockheed Martin meliputi pemaliharaan dan perbaikan di masa mendatang.
Trump bertemu dengan CEO Lockheed Martin di Palm Beach Mar-a-Lago estate, kemudian mengatakan kepada awak media bahwa AS akan mendapatkan penurunan harga F-35 dan bahwa “kita akan melakukannya dengan indah.”
Hal itu masih harus dilihat bagaimana mengurangi sejumlah sumber daya financial yang didedikasikan untuk program jet militer dapat muncul sebagai aksi estetis yang menyenangkan.
TSM/Fery Setiawan