CN-235-220M |
Seperti diungkap Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI, Budiman Saleh, kelima konfigurasi itu adalah untuk VIP (Very Important Person), troop transport (transpor pasukan), passengers (penumpang biasa), angkut kargo, dan medevac. Pesawat yang dibuat berdasar kontrak jual-beli yang ditandatangani pada September 2014 ini juga dikatakan memiliki desain kokpit yang canggih dan telah dilengkapi stability winglet di kedua ujung sayapnya.
Mengutip kontrak yang ditandatangani Dirut PT DI, Budi Santoso, dan Managing Director of Thai Aviation Industries Co., Air Chief Marshal Weeranan Hansavata tersebut, nilai kontrak untuk satu unit CN-235-220M multipurpose itu adalah sebesar 31,2 juta dollar AS atau Rp 343 miliar. Thai Aviation Industries sendiri, sebagai mitra kerja DI, selanjutnya akan menyiapkan operasional pesawat ini untuk RTP.
Angkasa menyaksikan langsung finishing atau penyelesaian pesawat ini pada Selasa, 15 November 2016 di hanggar Paint Shop DI, yang terletak di sisi Utara, kompleks Hanggar PTDI, Bandung. Di fasilitas modern yang telah dilengkapi perangkat elektrostatik, serta penghembus dan penyedot debu ini, pesawat diberi cat dasar warna putih. Selanjutnya, pesawat dengan bodi sepanjang 21,4 meter dan rentang sayap 27,3 meter ini akan diberi list warna merah tua di sepanjang deret jendelanya.
“Secara keseluruhan, untuk satu pesawat, menghabiskan tujuh galon cat primer dan 10 galon cat finish (top coat),” ungkap Manager Final Assembly dari Divisi Final Assy & Development Center, DI, A. Mirza Pahlevi kepada Angkasa.
Dalam kesempatan khusus, kepada Angkasa juga diperlihatkan video uji coba memasukan kendaraan angkut militer jenis Landrover, sebagai salah satu persyaratan yang diminta RTP untuk konfigurasi kargonya.
Angkasa mencatat, di pasar Asia nama pesawat mesin ganda rancangan bersama PT DI dan Airbus Defense and Space ini sudah terbilang masyhur. Selain untuk keperluan TNI AU dan TNI AL, DI telah menjual dua unit untuk pemerintah Sinegal, 12 untuk Korea Selatan, 4 untuk Pakistan, 7 untuk Uni Emirat Arab, 1 untuk Kerajaan Brunei, 1 untuk Burkina Faso, dan 8 unit untuk Malaysia.
“Mereka puas dan hingga kini umumnya masih terbang, karena rata-rata telah melengkapi kontrak pembelian dengan paket perawatan dan suku cadang,” ujar Budiman Saleh.
Sumber: TSM