Kapal perang tipe F-2000 Class bikinan perusahaan Inggris, BAE Systems Marine ini sebenarnya bukan barang baru. Dia barang bekas yang belum pernah dipakai pemesannya. Ya, KRI yang masuk kategori kapal patroli lepas pantai jenis korvet ini dibuat atas pesanan Angkatan Laut Kerajaan Brunei Darussalam. Namun, ketika pesanan hendak diserahkan pada Juni 2007, pihak Kerajaan Brunei memutuskan perjanjian dengan banyak alasan. Padahal, Brunei sudah sempat menamai kapal ini dengan Nakhoda Ragam Class.
Simpang-siur kabar, mengapa Brunei menolak mengambil kapal ini. Sejumlah pengamat militer bilang, korvet ini punya cacat teknis, yaitu bergetar dan agak miring ketika melaju dalam kecepatan tinggi. Maklum, ukurannya kecil, tapi diisi sistem persenjataan yang besar. Getaran kapal tersebut dikhawatirkan mempengaruhi keakuratan daya tembak. Ada juga yang menyebut, Brunei tidak punya operator yang bisa diandalkan untuk mengoperasikan kapal korvet tersebut.
Hampir lima tahun, pembuatnya mencari pembeli baru, sampai akhirnya Indonesia menyatakan tertarik membeli, untuk dioperasikan pada 2013-2014. Sebelumnya, beberapa negara sempat menawar kapal perang ini karena tertarik pada harganya yang relatif miring, yaitu sekitar 380 juta dolar AS untuk 3 kapal dengan perlengkapan tempur dan aviasi yang terhitung sangat modern. Harga itu tergolong miring, misalnya jika dibandingkan dengan harga 4 korvet Sigma Class Belanda yang dibanderol 680 juta dolar AS.
Di samping alasan harga yang cukup ekonomis, Indonesia sendiri tertarik mengangkut tiga korvet ini karena bisa diintegrasikan dengan sistem 4 korvet Sigma Class (Diponegoro Class), 4 korvet Sigma Class, 6 fregat Van Speijk Class (Ahmad Yani Class), 3 fregat Fatahillah Class, 1 fregat Ki Hajar Dewantara Class, dan 16 korvet Parchim Class (Pattimura Class) yang telah dimiliki TNI AL. Jadi, pendek kata, kloplah dengan kebutuhan nasional.
KRI Usman Harun memiliki banyak senjata andalan. Diantaranya meriam oto melara yang terpasang di dek depan untuk menahan serangan meriam kapal lawan dan serangan udara, yang mampu menembakkan 110 butir amunisi pada jarak tembak 16 km. Ada juga misil MBDA Exocet Block II anti-ship yang mampu melesat hingga 72 km dengan kecepatan 1,134 km per jam, dan VL MICA anti-air yang sanggup terbang hingga 80 km untuk menjatuhkan serangan pesawat tempur. Berikut spesifikasi lengkap persenjataan dan sistem navigasi kapal yang digerakkan oleh empat mesin MAN 20 RK270 (dipasang di kedua sisi kapal, bisa mencapai kecepatan 30 knot) ini:
Korvet Nakhoda Ragam telah dilengkapi Nautis II command and weapons control. Nautis II merupakan piranti multifungsi untuk berhadapan dengan ancaman: udara, permukaan dan laut. Data/ informasi disuplai oleh berbagai sensor dan sistem senjata, untuk dimunculkan ke War-Room, seperti navigasi, target tracking, ancaman, alokasi senjata dan weapons control functions. Kemampuan kapal ini hampir sama dengan Light Frigate Lekiu Class Malaysia. Hanya saja Lekiu memiliki hanggar helikopter.
• 2 x 4 rudal antikapal MBDA Exocet MM40 Block II
• Rudal antipesawat VLS Mica.
• 1 x meriam Oto Melara 76 mm gun
• 2 x meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30mm guns
• 2 x 3 torpedo 324 mm Sting Ray
• Sensor kapal/pesawat Thales Sensors Cutlass 242 countermeasures
• Radamec 2500 electro-optic weapons director.
• Thales Underwater Systems TMS 4130C1 hull-mounted sonar
• BAE Sys Insyte AWS-9 3D E & F-band air & surface radar
• BAE Insyte 1802SW I/J-band radar trackers
• Kelvin Hughes Type 1007 navigation radar
• Thales Nederland Scout radar for surface search.
Di era 90an, Brunei diisukan akan bergabung dengan negara-negara FPDA. Namun akhirnya kiblat pertahananya berubah haluan. Kini, kelima negara FPDA melihat kedekatan Brunei dengan Indonesia yang sangat mencolok mata. Apalagi setelah adanya pembelian kapal perang Nakhoda Ragam Class. Metode pembelian serupa ini, disinyalir akan menjadi salah satu modus pengakuisisian alutsista oleh militer Indonesia.
Sebelumnya, Brunei juga telah menghibahkan kapal perang dari kelas Salawaku. Saat ini, kapal tersebut telah menjelma menjadi kapal patroli tercanggih yang dimiliki TNI. Pembelian kapal Nakhoda Ragam Class, yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, berubah menjadi isu regional yang sangat diperhitungkan. Selain keberanian Brunei yang telah mengobralnya dengan harga yang sangat rendah, perhatian besar lainnya justru tertuju pada kemampuan Indonesia dalam meredesign ketiga kapal tersebut. Sesuatu yang diluar dugaan dan perhitungan berbagai kalangan.
Bahkan bagi pihak BAE sendiri, kehadiran para insinyur Indonesia di galangan kapal mereka, tak ubahnya seperti sengatan lebah, yang telah membuat mereka membuka mata, dan terbangun dari mimpi-mimpi lama. Bung Tomo Class, akhirnya telah membuat negara seperti Singapore menjadi gundah, dan Malaysia turut terpana. Kelak nun di tengah laut nan lepas, kita akan sering melihat pertemuan kapal-kapal Bung Tomo Class dengan kapal Daruttaqwa Class dan Makassar Class dari negara tetangga yang satunya..!
Bayang-bayang itu, sepertinya telah menghantui negara-negara yang tergabung dalam FPDA. Setelah tahun lalu, Australia menghibahkan kapal patrolinya pada Malaysia, kini giliran New Zealand pula yang menawarkan kapal patrolinya the Rotoiti Class pada Malaysia. Padahal kita ketahui bahwa umur kapal-kapal tersebut belum genap mencapai umur 5 tahun, bahkan kondisinyapun masih sangat gress dan prima. New Zealand akan melepasnya dengan alasan ketiadaan tenaga perawatan kapal. Hehehe..! Sebuah kekonyolan yang sengaja dirancang. Bahkan di pelabuhan Kinabalu, sekarang sedang merapat kapal perang milik Australia, HMAS Tobruk, kapal jenis LSH dari angkatan laut Australia yang berjasa mengangkut asset militer Australia saat harus kembali ke negaranya, setelah hampir belasan tahun mengemban amanah dari Inggris untuk menjaga wilayah Malaysia, pasca Inggris meninggalkannya pada awal dekade 1970an.
TLDM Sedih dan Kecewa Nakhoda Ragam class Akhirnya di Miliki TNI AL
Memetik kenyataan Panglima Tentera Laut Laksamana Tan Sri Abdul Aziz Jaafar dalam temubual beliau bersama wartawan Marhalim Abbas…….. dalam kenyataan beliau…terdapat beberapa perkara yang betul2 membuat kan saya berasa sedih dan amat tidak berpuas hati.
Amat kecewa apabila membaca di laman2 web seberang dimana mereka sudah siap2 untuk terima Nakhoda Ragam
class…sedangkan sepatutnya dan logikanya korvet Brunei itu dapat pada kita Malaysia kerana similarities dari segi sistem dan persenjataan yg mirip Lekiu class frigate….
Komentar :
Pernah denger bahwa ada beberapa alasan brunai nolak NR (Nahkoda Ragam) karena :
1. Beberapa sistem elektronik pada kapal Nahkoda ragam adalah versi eksport khusus untuk Malaysia. RBN gak mau itu
2. Sistem Nautis II yang ditanamkan pada NR (Nahkoda Ragam) adalah sistem baru dimana pada saat itu blom ada satupun AL didunia yang make
3. Sistem senjata sea wolf blok 3 (VLS) belum pernah dicoba sebelumnya (test fiiring). Pada saat kapal pertama udah jadi udah jadi (2003) sea wolfnya masih dalam pengembangan pun hingga saat ketiga kapal telah jadi 2005, blom pernah di test tuh sea wolfnya plus katanya kontrak yang terjadi soal sea wolf hanya kosongan. Hanya peluncur tanpa rudal (beli terpisah). RBN juga gak mau itu
4. Maunya RBN itu kapal kecil (awak sedikit), full armmamet, long range patrol, and fast. Emang beberapa dapat dipenuhi BAE seperti kecepatan (30 knot) dan range hingga 5000 nm yang sama dengan Lekiu class tapi soal personel ini yang gak bisa dipenuhi…yang katanya untuk satu kapal perlu 76 orang so masih terlalu banyak untuk RBN.
Nahkoda Ragam Class F2000
Tidak ada komentar