Di Kutub Selatan, Penguin adalah unggas imut yang manis. Tetapi tidak demikian dengan spesies Penguin yang “dipelihara” Angkatan Laut Norwegia. Mereka bukan lagi burung pemangsa ikan, tetapi rudal ganas pemangsa kapal laut. Julukan Penguin mungkin diambil karena sosoknya ber-sayap lebar dan perilakunya yang biasa terbang zig-zag mengecoh dulu sebelum “menyantap” sasarannya.
Dalam kancah rudal fire and forget, perilaku seperti itu sesungguhnya tak umum. Semen-tara yang lain biasa menyeruduk sasaran langsung tanpa basi-basi, perancang Penguin menganggap perlu foreplay. Begitu diluncurkan, ia lebih dulu terbang ke lain arah seolah menelikung dan secara mendadak banting stir mengunci sasaran. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar probabilitas perkenaan dan mengecoh sistem pertahanan diri kapal sasaran.
Salah satu versi malah punya jurus yang terbilang unik. Lepas dari pengaitnya di helikopter, ia akan menghujam lebih dulu, terbang menjelajah sedikit diatas permukaan laut, lalu tiba-tiba menanjak sebelum kemudia kembali menghujam diatas sasaran.
Mau tahu alasan pabrikan Kongsberg, Norwegia di balik perancangan itu? Foreplay tak lain adalah untuk menghindari serangan balik, seperti jamming atau tembakan rudal anti rudal. Maklum, profil musuh yang dihadapi tatkala rudal ini dibuat tak main-main, yakni Uni Soviet. Digdaya dari Timur ini adalah ancaman nomor satu bagi negara-negara blok Barat di Eropa.
Diliputi kesan serba misterius, Soviet memang bisa me-akukan segala cara jika ingin menyusup ke negeri orang. Awan kekuatiran ini pula yang mendorong sejumlah negara lain merancang rudal sejenis. Tak terpaut jauh dari kelahiran Penguin, misalnya, MBB Jerman meluncurkan Rudal Kormoran, BAe Inggris memperkenalkan Sea Skua, Sistel Italia dengan Marte, dan AS dengan AGM-84 Harpoon. Pada dasawarsa 80-an, pentas rudal antikapal kian ramai dengan kemunculan RBS15 buatan Swedia, Gabriel III A/S buatan Israel, dan AS.15 TT dari Aerospatiale (sekarang Airbus).
Walau pada awalnya dirancang untuk kebutuhan sendiri, rudal yang pertama dilansir tahun 1972 ini toh memukau banyak negara. Bukan karena keunikannya mencari sasaran, tetapi lebih pada predikat Penguin Mk I sebagai rudal antikapal fire and forget pertama di wilayah Barat. Fire and forget adalah istilah rudal yang bisa mencari sendiri sasarannya tanpa perlu dibimbing awak pengendali.
Penguin mengandalkan sistem penjejak infra merah resolusi tinggi. Ini artinya, ia akan melacak sasaran menurut kontras suhu dengan lingkungan sekitarnya. Maka, tak heran jika bagian yang biasa dihantam adalah ruang mesin, bagian kapal bersuhu relatif tinggi. Kamera elektro-optis di bagian hidung akan menangkap secara responsif kontras perbedaan suhu tersebut.
Lalu, kalau pun ada keunggulan lain, itu pasti tentang kemampuannya menembus radar pertahanan musuh. Para engineer Norwegia telah membuat Penguin mampu melakukannya karena telah dibekali sistem pengendali elektronis, kontrol inertial, dan kendali sayap yang amat reaktif.
Selain dipakai untuk keperluan sendiri, Rudal Penguin Mk I, lansiran pertama juga digunakan AL Turki. Pada tahun 1980, Kongsberg meluncurkan versi kedua, Penguin Mk2, yang terdiri dari dua jenis: Mod 3 dan Mod 7. Rudal Penguin Mod 3 dirancang untuk dipasang di kapal patroli, sementara Rudal Penguin Mod 7 untuk helikopter. AGM-119 Penguin Mod 7 di antaranya bisa digotong oleh Bell 412EP, Westland Super Lynx, Sikorsky S-70B, dan SH-60B Seahawk.
Pengembangan masih terus dilakukan seiring gerak evolusi di bidang teknik perang permukaan. Di bawah koordinasi AU AS sebagai user dan pemodal, tiga belas tahun kemudian lahir AGM-119 Rudal Penguin Mk III. Yang membedakan dengan versi terdahulu adalah penjejak sasaran yang sudah digital total. Lebih dari itu, AGM-119 Penguin Mk III hanya bisa dipanggul pesawat tempur F-16 Fighting Falcon.
Saat ini, Rudal Pengguin sedang dalam proses penggantian dengan rudal berteknologi lebih baru: NSM alias Naval Strike Missile yang akan kita bahas teknologinya pada kesempatan berikutnya.
hobbymiliter.com
AGM-19 Penguin, Rudal Anti Kapal Buatan Norwegia
Tidak ada komentar