JF-17 Thunder, Jet Tempur Murah China Perpaduan antara MiG-21 Rusia dan F-16 AS

Tidak ada komentar





JF-17 Thunder jadi ujung tombak ekspor jet tempur China. Ini bukan sembarang jet, karena ada unsur MiG-21 Rusia dan F-16 Fighting Falcon AS.

Di luar itu, harga yang berkisar 15 juta - 16 juta dollar AS, menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara berkembang untuk mendapatkan jet tempur lumayan canggih dengan harga miring.

JF-17 dibangun cukup lama, dan sempat melibatkan Amerika di beberapa bagian. Dari segi desain, ini merupakan perpaduan dari MiG-21 dan F-16 Fighting Falcon.

JF-17 berevolusi dari serangkaian proyek untuk menghasilkan peningkatan armada Angkatan Udara Pakistan dari pesawat J-7 Chengdu Aircraft Corporation (CAC). Karena Pakistan adalah salah satu fasilitator utama bantuan AS untuk Mujahidin Afghanistan yang anti-Soviet, Amerika Serikat bersedia memberikan bantuan kepada Pakistan di sektor pertahanan lainnya.

Saat Soviet bersiap-siap untuk menurunkan jet ringan generasi berikutnya MiG-29, Pakistan menginginkan sebuah pesawat yang dapat melawannya.

Ini menghasilkan Proyek Sabre II, upaya untuk memodernisasi J-7 yang dilakukan oleh CAC dan Grumman. Iterasi asli Sabre II hanya meregangkan badan pesawat J-7, mendesain ulang permukaan kontrol, dan mengubah lokasi dan ukuran intake udara. Namun Sabre II tidak dapat mencapai kinerja jet tempur Amerika kontemporer atau kinerja yang diproyeksikan dari MiG-29 dengan konfigurasi ini, sehingga Proyek Sabre II dihentikan.

Namun, ketiga negara memutuskan untuk mencoba lagi di tahun 1980-an, menghasilkan proyek "Super 7". Kali ini lebar sayap ditingkatkan dan dibentuk menjadi konfigurasi yang mirip dengan F-16 selain perubahan aerodinamis sebelumnya. Grumman menarik diri dari proyek Super 7 pada tahun 1989 karena kasus Lapangan Tiananmen.

Proyek jalan di temoat selama sekitar 10 tahun saat negosiasi antara China dan Pakistan berlanjut. Pada 1998 Cina dan Pakistan memulai kembali pengembangan Super 7 yang serius.

Biaya ditanggung bersama pemerintah Pakistan dan CAC dan pesawat berganti nama menjadi JF-17. Ketika Grumman keluar, pesawat tempur itu membutuhkan mesin baru. Sebuah solusi ditemukan di biro desain Mikoyan Rusia, yang menawarkan mesin Klimov RD-93 yang awalnya dirancang untuk jet tempur MiG-33 yang dibatalkan. RD-93 adalah versi lanjutan dari RD-33 yang digunakan pada MiG-29, namun, hanya satu RD-93 yang digunakan pada JF-17 berbeda dengan dua RD-33 dalam MiG-29.

Inovasi kunci lain yang terjadi selama proses pengembangan adalah dimasukkannya intake supersonik diverterless (DSI) pada desain JF-17. Desain melewati beberapa iterasi tetapi terlihat pada pesawat produksi JF-17 saat ini.

Komentar