Tiga KRI sejak beberapa hari lalu sudah berada di Natuna dan hari ini dua KRI dari Jakarta sudah tiba di Natuna |
"Tiga KRI sejak beberapa hari lalu sudah berada di Natuna dan hari ini dua KRI dari Jakarta sudah tiba di Natuna," kata Kepala Dispen Lantamal IV/Tanjungpinang, Mayor Marinir Saul Jamlaay di Tanjungpinang, Sabtu.
Saul menegaskan bahwa kondisi di Natuna saat ini aman. Seluruh kapal asal China sudah diusir dari Perairan Natuna. Selain KRI, pengamanan juga dilakukan dengan menggunakan pesawat intai maritim.
"Kondisi sekarang landai, sudah aman. Namun, perairan di Natuna tetap dikawal ketat," tuturnya.
Saul mengemukakan Lantamal IV/Tanjungpinang memberi bantuan logistik dalam pelaksanaan operasi pengamanan di Natuna. Lanal Ranai terlibat langsung dalam mengamankan Perairan Natuna.
"Kalau personel, tidak ada dari Lantamal IV, namun kami membantu logistik," katanya.
Saul menegaskan bahwa permasalahan kapal-kapal asal China yang masuk ke Natuna mendapat atensi negara. Lantamal IV/Tanjungpinang memberi perhatian khusus terhadap permasalahan itu sejak lama.
"Kami memberi perhatian khusus terhadap pengamanan di daerah perbatasan, seperti di Natuna," ucapnya.
Pada Senin (30/12/2019), Kementerian Luar Negeri Indonesia memanggil Duta Besar China Xiao Qian dan mengajukan protes ke Beijing setelah mengkonfirmasikan bahwa 63 kapal penangkap ikan China dan dua kapal penjaga pantai telah berlayar ke perairan teritorial Indonesia di Pulau Natuna sejak 19 Desember. Di lain sisi, China bersikukuh sudah mematuhi hukum internasional, termasuk Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut atau UNCLOS 1982.
Nelayan Natuna tak Lagi Khawatir Melaut
Nelayan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau kini mengaku tak khawatir lagi untuk turun melaut. Hal itu karena pasukan TNI sudah siaga 24 jam mengawal laut Natuna dari aktivitas kapal nelayan asing yang menjarah ikan di perairan tersebut.
"Untuk saat ini Alhamdulillah, penjagaan di laut Natuna sudah dimaksimalkan oleh KRI, itulah harapan kami selama ini," kata Ketua Nelayan Ranai, Natuna, Herman, Sabtu (4/1).
Bahkan, kata Herman, berdasarkan informasi yang ia terima, saat ini laut Natuna sudah mulai terpantau sepi dengan nelayan asing. Sejak beberapa hari terakhir, wilayah perbatasan itu telah dimasuki puluhan kapal asing.
Kondisi itu, lanjutnya, membuat nelayan lokal merasa tenang sekaligus senang untuk kembali mengais rezeki di laut. Keberadaan nelayan asing di laut Natuna sempat membuat ciut nyali nelayan lokal, mengingat mereka kerap diintervensi.
"Tapi 99 persen nelayan tetap belum dapat melaut, karena cuaca buruk. Kemungkinan akhir bulan ini, itu pun kalau cuaca memungkinkan," ujarnya.
Pihaknya mengharapkan ke depan pengamanan di laut Natuna dapat ditingkatkan. Pemerintah pusat pun diharapkan membantu nelayan setempat dengan alat telekomunikasi berupa radio panggil yang mampu menjangkau jarak jauh.
Selain itu, pemerintah turut diminta membuat jalur komunikasi khusus bersama KRI. Hal itu agar jika sewaktu-waktu ada kapal asing, maka para nelayan bisa menghubungi langsung ke kapal perang tanpa menunggu pulang ke daratan.
"Sehingga informasi tersebut dapat disampaikan secara cepat ke pihak KRI dan pengawas lainnya. Kenapa demikian, karena pada waktu nelayan kita ke laut, sinyal HP tidak terjangkau," ujarnya pula.
Kendati demikian, pihaknya juga memahami keterbatasan armada KRI dan operasionalnya. Karena itu, salah satu solusinya pemerintah memberi alat komunikasi yang memadai sehingga bermanfaat bagi nelayan Natuna.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya Yudo Margono telah mengimbau agar nelayan Natuna tidak cemas atas keberadaan kapal ikan asing dan Coast Goard China karena TNI hadir di laut Natuna.
"Tetap saja melaut, di sini kan ada kapal perang, bisa infokan pada kami," ujarnya pula.
Justru sebaliknya, nelayan sebaiknya menjadi mata dan telinga aparat keamanan, khususnya TNI Angkatan Laut.
"Mungkin dengan kondisi laut kita yang luas, itu tidak bisa dijangkau oleh KRI kita saat ini, kan jumlahnya terbatas," kata dia.
Ia juga meyakinkan masyarakat dan nelayan untuk terus berkoordinasi dengan TNI maupun Bakamla yang berada di laut Natuna.