Altair, Drone Kelas Berat (HALE) Pertama Rusia

Tidak ada komentar

Entah faktor kesengajaan atau tidak, Rusia belum lama ini (27/1), merilis citra jet tempur tanpa awaknya (UCAV). Pesawat garapan Biro Desain Sukhoi yang dinamai Okhotnik (Pemburu) itu terlihat tengah menjalani uji darat (ground run dan taxi) di landas pacu pabrik produksi pesawat Novosibirsk, Wilayah Siberia.

Drone Okhotnik merupakan satu dari empat program pesawat tanpa awak untuk militer Rusia yang mulai dilunncurkan Kementerian Pertahanan Rusia sejak 2010. Keempat proyek tersebut termasuk upaya mandiri Militer Rusia mengejar ketertinggalan dari peseteru utamanya yakni Amerika Serikat (AS) plus Israel dalam pembuatan dan penggunaan drone militer.

Drone lainnya, yang pertama adalah jenis intai bersenjata kelas ringan bernama Korsar (Pembajak). Sebelum masuk jalur produksi, drone buatan buatan JSC Luch (anak perusahaan JSC Vega Radio Engineering Corp.) tersebut telah malang melintang di palagan Suriah.

Drone kedua adalah dari kelas MALE (Medium Altitude Long Endurance) bernama Orion (Rasi Bintang Waluku). Drone ini tengah menjalani proses uji coba terakhirnya. Perusahaan pengembangnya Kronstadt Technologies (KT) juga telah menyiapkan Orion versi intai bersenjata yang siap bersaing dengan MQ-9 Reaper dari AS dan Wing Loong dari China.

Lalu seperti apa dan bagaimana kabar pengembangan drone vesi ketiga Militer Rusiat? Drone ketiga yang dikembangkan tidak lain adalah jenis kelas berat (heavy unmanned aerial vehicle) bernama Altair (kadang disebut Altius).

Keberadaan drone buatan OKB Simonov Design Bureau dari Kazan, Tartarstan tersebut sebenarnya telah tercium pada Oktober 2016. Sosok Altair tertangkap citra satelit saat tengah diparkir di sebuah landasan udara di Kazan.

OKB Simonov mulai menggarap Altair sejak 2011 dan purwarupanya sudah berwujud pada 2013. Sebanyak dua purwarupa uji terbang dibuat. Penerbangan perdana Altair dilaksanakan pada Juli 2016.

Dikutip dari airrecognition.com, drone Altair memiliki MTOW hingga 5 ton. Panjang badannya mencapai 11 m dengan rentang sayap kurang lebih 28 meter.

Sebagai tenaga penggerak digunakan sepasang mesin diesel irit bahan bakar RED A03 / V12 masing-masing berdaya 500 hp. Mesin diesel ini dipasok oleh Raikhlin Engine Development GmbH asal Jerman. Altair dapat melaju dengan kecepatan terbang 250 km/jam.

Sebagai drone kelas berat jenis HALE (High Altitude Long Endurance), ketinggian terbang Altair mencapai 12.000 m dan jangkaun operasinya sekira 10.000 km. Wahana ini mampu beroperasi lama di angkasa, mengintai mangsa atau mencari target selama 48 jam penuh atau dua kali rata-rata diatas jenis drone MALE.

Altair dikabarkan dapat membawa muatan pengintaian hingga dua ton. Berisikan peralatan optik dan sensor serta synthetic-aperture ground-surveilance radar. Selain peran ISR, Altair akan dikembangkan sebagai varian intai bersenjata berkemampuan dua kali drone KT Orion.

Semula drone Altair dicanangkan mulai berdinas pada 2018 silam. Namun ternyata prosesnya terkendala. Penyebabnya adalah ditangkapnya Direktur Umum dan Kepala Perancang OKB Simonov Design Bureau Alexander Gomzin pada April 2018 oleh pihak Keamanan Tartarstan.

Melansir situs Business Online, Alexander Gomzin yang digambarkan sebagai sosok ‘Elon Musk dari Rusia’ ditangkap akibat penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan anggaran.

Dengan penangkapan Bos OKB Simonov, dikabarkan nasib drone HALE pertama Rusia menjadi buram alias tidak pasti kelanjutannya. Tak secemerlang namanya Altair yang merupakan bintang tercerah di Rasi Aquila, kini tampak sinarnya tengah meredup. Kita tunggu kelanjutan proyek dan masa depannya.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.