Drone ini targetnya adalah bisa take off dan landing sekitar 700 meter dengan ketinggian sekitar 20.000 kaki dengan kecepatan maksimum 235 km/jam |
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Dirgantara Indonesia, serta institusi lain yang tergabung dalam Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE), akan membuat tambahan 3 prototipe pesawat udara Nir awak (PUNA) atau drone tipe medium altitude long endurance (MALE) yakni: PM-2, PM-3 dan PM-4 pada periode 2020-2024.
“Kita akan buat 3 lagi prototipe PUNA MALE dalam periode 2020-2024,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro di dalam acara Roll Out PUNA atau drone tipe MALE di PT DI Bandung, Jawa Barat, Senin, 30-12-2019, dirilis Antara.
Konsorsium itu beranggotakan BPPT, Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara sebagai pengguna, Institut Teknologi Bandung sebagai mitra perguruan tinggi, PT DI sebagai mitra industri pembuatan pesawat, PT LEN Persero yang mengembangkan sistem kendali dan muatan, serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Prototipe PM-1 telah diluncurkan di PT DI pada Senin 30-12-2019 yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam dan ditargetkan bisa terbang perdana pada 2020. “Drone ini targetnya adalah bisa take off dan landing sekitar 700 meter dengan ketinggian sekitar 20.000 kaki dengan kecepatan maksimum 235 km/jam,” ujarnya.
“Untuk PM-4 itu targetnya dilengkapi sertifikatnya pada tahun 2024 untuk sudah berupa pesawat Drone yang sudah bisa kombatan,” tuturnya.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe mengatakan mesin akan dipasang pada prototipe PM-1 dalam waktu sepekan ke depan. Wahyu menuturkan prototipe kedua PUNA MALE dikembangkan untuk mendapatkan sertifikasi pada 2020.
PUNA MALE ketiga atau PM-3 dikembangkan untuk uji statis atau kekuatan struktur pesawat yang kemungkinan diuji di Serpong. Sementara PUNA MALE keempat atau PM-4 untuk mendapatkan sertifikat tipe dari Kementerian Pertahanan RI.
Sertifikat tipe adalah tanda bukti terpenuhinya persyaratan kelaikudaraan sesuai peraturan penerbangan sipil. Prototipe PUNA MALE keempat akan mampu mengakomodasi misi kombatan dengan membawa sekitar 300 kg muatan, misalnya diperlengkapi dengan Rudal.
PUNA MALE kedua akan dipasang radar apertur sintetis dan kamera yang sifatnya bukan kombatan tapi lebih mengarah untuk mendukung kegiatan intelijen, pengawasan, pengintaian dan penargetan.
Sementara PM-4 akan terbang dengan dilengkapi peralatan Alutsista. “Kita mau supaya satu pesawat tapi bisa mengangkut berbagai macam misi,” ujarnya.