Presiden Indonesia ketiga BJ Habibie memiliki beberapa karya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama penerbangan.
Setidaknya ada dua karya besar Habibie, termasuk yang saat ini digunakan sebagai standar keamanan di industri pesawat di dunia.
1. Teori Habibie (Teori Crack Propagation)
Pria kelahiran 25 Juni 1936 ini telah menemukan teori crack propagation point atau letak titik awal retakan pada pesawat. Temuannya menjadi solusi mengenai masalah panjang yang dapat ditimbulkan oleh retaknya bagian sayap dan badan pesawat akibat mengalami guncangan selama take off dan landing.
Habibie melakukan perhitungan detail bahkan perhitungannya sampai tingkat atom pesawat terbang. Ini adalah penemuan yang sangat besar di dunia penerbangan.
Teori yang juga disebut sebagai theory of Habibie yang telah dipakai di industri penerbangan di seluruh dunia, karena berhasil meningkatkan standar keamanan pesawat. Sehingga dia dijuluki sebagai "Mr. Crack".
2. Pesawat Buatan Indonesia Pertama N250 Gatot Kaca
Pada 1995, Habibie berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca, yang merupakan pesawat buatan Indonesia yang pertama. Pesawat tersebut adalah hasil rancangan Habibie yang didesain sedemikian rupa dan berhasil terbang melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan.
Teknologi pesawat itu cukup canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan. Habibie memerlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal. Pesawat ini merupakan satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang menggunakan Fly by Wire.
Menurut Habibie, pesawat tersebut sudah terbang selama 900 jam dan akan masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration).
Selain N250 Gatot Kaca, BJ Habibie juga mendesain dan menghitung proyek pembuatan pesawat terbang seperti Vertical Take Off and Landing (VTOL) pesawat angkut DO-31, pesawat angkut militer TRANSALL C-130, Hansa Jet 320 (Pesawat eksekutif), Airbus A-300 dan CN-135 serta secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam mendesain Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA) dan beberapa proyek rudal dan satelit.
sumber: tempo.co